Cerita ini berasal dari fragmen-fragmen mimpi atau lamunan atau bualan teman saya. Saya tulis ulang dengan sedikit melebih-lebihkan apa yang ia cerita dan rasakan. Namun tidak mengubah inti ceritanya.
***
Kau menemukan sumur tua. Masuk ke dalamnya dan pergi ke dunia lain.
Aku tidak memastikan—dan tidak pernah melakukannya—apakah itu mimpi, lamunan, atau bualan. Tidak perlu ambil pusing, pikirku. Peranku hanya mendengarkan.
"Seperti di Inuyasha?" tanyaku.
"Ya. Sumur tua seperti di Inuyasha. Bisa membawamu ke dunia lain. Aku memasukinya."
"Lalu, apa yang kau lihat?"
Itu adalah pertemuan pertamamu dengannya. Ia sama seperti kita, katamu. Saat pertama kali kau melihatnya, ia sedang duduk di batang pohon yang sudah tumbang, penuh dengan jamur berwarna gelap. Pun sekelilingnya, gelap. Hanya ada beberapa sinar matahari yang menembus cela-cela pepohonan. Di belakang tempat ia duduk ada gubuk kecil. Bentuknya jelek, katamu. Hanya tumpukan kayu yang disusun asal-asalan. Aku membayangkan rumah berang-berang.
Tidak ada apapun selain gubuk, ia, kau dan pepohonan yang mengepung kalian. Ia melihat kau dengan wajah datar. Bola matanya lebih didominasi warna gelap ketimbang putih. Tapi ia seperti kita, katamu. Kau sedikit ragu—menurutku kau takut—untuk mendekatinya.
"Kau bisa kembali kapanpun kau mau. Seperti sebelumnya."
Kau tidak mengerti apa yang ia maksud. Kau diam. Menatapnya dengan kebingungan.
"Mungkin kau sudah lupa."
Kau diam. Itu artinya ceritamu sudah berakhir. Karena sedikit penasaran, aku menanyakan bagaimana caramu kembali dari tempat itu? Kau hanya menjawab, sama seperti Kagome.
Aku diam.
Di akhir ceritamu, aku selalu ingin memaki sambil meneriakkan... tolong bikin cerita yang lebih menarik! Tapi aku tidak pernah mengatakannya. Peranku hanya mendengarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar